Diberdayakan oleh Blogger.

Slruup! Asam Pedas Pindang Baung Khas Palembang

Odilia Winneke - detikFood

GB
Jakarta - Ikan air tawar ini dagingnya sangat tebal, lembut dengan lapisan lemak tebal. Kuahnya yang kuning kemerahan mengumbar aroma wangi daun kemangi. Irisan nanas, tomat muda dan cabai rawit merah mempercantik penampilannya. Hirupan pertama kuahnya terasa asam segar sedikit manis! Slruup... benar-benar dahsyat segarnya!

Udara yang panas menyengat dan berangin dingin membuat saya tiba-tiba kangen menyantap pindang. Ya, pindang, hidangan berkuah khas Palembang yang asam-asam segar. Karena itu saat kesasar di kawasan Rawa Buntu, dan melihat papan nama rumah makan Palembang 'Wong Kito' saya pun langsung memutuskan untuk mampir. Rumah makan dengan nama sama pernah saya cari dikawasan Bintaro tetapi tak berjejak lagi!

Belum melihat daftar menu, saya langsung memesan pindang baung yang ditulis di sepotong kertas dan ditempel di dinding kayu ukiran rumah makan ini. Untuk memuaskan rasa lapar seporsi pindang tulang iga plus empek-empek kapal selam pun saya pesan. Sayang sekali ikan seluang yang renyah gurih khas Palembang tak tersedia hari itu.

Warung makan berdinding bata tanpa polesan ini memiliki 2 gazebo beratap sirap untuk lesehan dan beberapa kursi dan meja di bagian tengah. Dari luar tidak terlihat jelas bangunan ini sebuah rumah makan, apalagi papan namanya diletakkan di sisi kanan atas.

Sengaja saya tak memesan pindang ikan patin karena ikan patin lebih mudah didapat. Justru yang agak sulit adalah ikan baung. Ikan air tawar ini merupakan kerabat ikan lele. Di Jawa Barat disebut senggal atau singah dan di Jakarta disebut bawon. Ikan ini memang mirip lele, tidak bersisik dan kulitnya licin, memiliki sirip dan sungut seperti lele. Besarnya bisa sebesar ikan patin atau bahkan lebih besar lagi. Ikan ini sering juga diasap dan diberi bumbu cabai. Memang jenis ikan ini populer di kawasan Sumatra dan Kalimantan.

Irisan bagian perut ikan baung yang cukup besar memadati permukaan mangkuk sup ukuran sedang. Taburan daun kemangi, cabai rawit merah utuh dan irisan tomat hijau dan merah mempercantik peampilan pindang baung ini. Uap yang mengepul menebarkan aroma asam segar!

Slruup!!! Hirupan pertama langsung terasa asam, manis sedikit pedas menguasai lidah. Daging ikan yang lembut gurihpun bercampur dengan kuah yang asam segar ini. Sungguh menyegarkan. Belum lagi lapisan lemak yang tebal di bagian perut lembut kenyal langsung meluncur ke tenggorokan. Tak ada jejak aroma tanah juga aroma anyir ikan. Teknik memasak yang perlahan dan lama membuat bumbu meresap sempurna ke daging ikan yang tebal ini. Ada tekstur renyah dari irisan tomat muda dan nanas yang dimasak bersama kuahnya.

Pindang tulang iga yang hadir dalam 3 potongan tulang berlapis daging tebal, berkuah bening agak kekuningan. Irisan kunyit, jahe, dan batang serai terselip di antara irisan tomat dan nanas. Daging iga inipun sangat empuk diselingi lapisan lemak dan otot yang juga lembut. Kuah yang gurih, sedikit asam dengan semburat manis dan segar menjadi makin enak setelah diaduk dengan sambal cabai merah yang diuleg kasar. Tak terasa butiran keringatpun mulai berlelehan di dahi dan leher.

Setelah puas menikmati kesegaran pindang khas Palembang ini sayapun beralih ke mpek-mpek kapal selam yang disajikan di mangkuk dengan taburan mentimun cincang. Meskipun empuk, mpek-mpek ini jauh dari harapan saya. Rasa bawang putih, cabai dan daging ikannya kurang nonjok dan kuat sehingga cenderung hambar. Wah, untung saya sudah puas menghabiskan pindang!

Soal harga, rumah makan yang berlokasi di kawasan yang tergolong pinggiran ini tidak terlalu mahal. Seporsi pindang tulang iga Rp 20.000,00, pindang baung (perut) Rp 25.000,00 dan mpek-mpek kapal selam Rp 10.000,00. Sedangkan untuk minuman berkisar Rp 7.000,00 - Rp 10.000,00.

Pondok Patin dan Iga "Wong Kito"
Khas Palembang
Jl. Raya Taman Tekno Rawa Buntu BSD No.89
Telpon: 021-7564739
Jam Buka: 10.00 - 22.00
( dev / Odi )

ads

Ditulis Oleh : Radja Resep Hari: 18.16 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar