Diberdayakan oleh Blogger.

Kalibata - Jajan Sego Gandul, Anget Sedep!

Eka Septia - detikFood

GB
Jakarta - Meskipun diimpor dari daerah Jawa Tengah, sego gandul yang ini tak kehilangan jejak aslinya. Kuah kecokelatan berisi potongan daging iga yang kinyil-kinyil empuk disiramkan di atas nasi hangat. Rasanya gurih-gurih enak, apalagi disantap panas dengan lauk tempe goreng renyah! Sedep tenan!

Udara musim hujan yang dingin membuat saya kangen dengan masakan khas daerah Pati yang dulu sering saya cicipi, Nasi Gandul atau sego gandul. Untung saja saya tinggal di Jakarta jadi tak terlalu sulit mencari jejak penjual nasi gandul di kota metropolitan ini.

"Pokoknya nggak kalah sama Nasi Gandulnya warung Pak Sardi deh," kata teman saya mempromosikan warung nasi gandul favoritnya yang ada di kawasan Kalibata. Nasi gandul Pak Sardi memang sangat terkenal di daerah Pati.

Penjual nasi gandul tidak hanya ada di Pati juga di kota-kota sekitarnya seperti Juwana, Kudus juga Semarang. Ah, saya jadi ingat dulu nenek suka memanggil penjual nasi gandul ini yang membawa pikulan dengan keranjang bambu berisi panci berisi kuah gandul dan di keranjang lain ada nasi dan aneka jeroan sapi. Duduk makan di depan penjualnya bisa memilih langsung lauk atau menambah porsi sepuas hati.

Waktu sampai di 'Warung Nasi Gandul Khas Pati' di pelataran parkir TMP Kalibata ini warung belum terlalu ramai. Ukuran warung tendanya tidak terlalu besar dengan dua buah meja panjang didalamnya. Begitu masuk ke dalam warung langsung tercium aroma gurih kuah daging yang sedang direbus. Hmmm…sedap benar!

Di sini nasi gandul ditawarkan dalam berbagai varian isi. Ada gandul campur iga, gandul campur empal goreng, gandul campur babat, dll. Hmm..ternyata banyak sekali pilihannya. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Nasi Gandul campur Iga dan Nasi Gandul campur Babat.

Istilah 'gandul' pada nasi gandul juga tak jelas benar asalnya. Ada yang bilang 'gandul' dalam bahasa Jawa yang berarti menggantung atau mengambang. Dijuluki seperti ini mungkin karena dalam penyajiannya nasi gandul ini ditaruh di atas piring yang dialasi daun pisang. Sendok untuk memakannya pun sangat unik, menggunakan sendok dari daun pisang atau yang disebut 'suru'. Ada juga yang bilang karena nasi ini dijual dalam pikulan dengan 2 keranjang bambu dan kalau dijajakan maka keranjang akan menggantung ke kiri dan kanan mengikuti langkah penjualnya.

Pesanan kami tiba, dua buah mangkok kuah gandul dan dua piring nasi putih hangat dengan taburan bawang goreng yang cukup royal. Warna kuah gandul ini berwarna cokelat butek. Sekilas mirip rawon namun tidak terlalu gelap warnanya atau persisnya pindang Kudus. Karena kuah gandul juga memakai bumbu keluwak dan santan maka warnanya kecokelatan. Aroma gurih menguap dari mangkuk yang mengepul-ngepul!

Ketika kuah gandul mampir di lidah, wow..rasanya sungguh gurih enak! Hampir mirip dengan pindang Kudus. Ada rasa gurih santan yang tidak terlalu pekat,ada juga semburat aroma bawang putih dan kencur yang wangi dan rasa manis yang tak terlalu kuat. Setelah ditambah dengan air jeruk nipis dan sambal rawit merah yang pedas mengigit, hmm.. makin mantap rasanya! Daging iganya empuk lembut. Demikian juga dengan babat yang kenyal-kenyal empuk! Adukan nasi putih hangat dengan siraman kuah ini benar-benar membuat rasanya makin sempurna saja.

Antara nasi gandul campur babat dan gandul campur iga tidak ada bedanya. Hanya isinya saja yang berbeda. Tak terasa rasa hangatpun menjalari tenggorokan dan butiran kecil peluh mulai berlelehan akibat rasa panas dan pedas kuah gandul yang sedep tenan!

Perut kenyang dan saat membayar kenikmatan ini saya juga semakin senang. Seporsi nasi gandul campur babat diberi harga Rp 12.000,00 sedangkan gandul campur iga dihargai Rp 13.000,00 saja. Nah, kalau kangen dengan nasi gandul tapi tak berkesempatan makan di tempat asalnya tempat ini bisa jadi obat kangen lho!

Nasi Gandul
Jl.Taman Makam Pahlawan Kalibata
Buka mulai pukul 17.00-00.00 Wib
Harga Mulai Rp 12.000,00

ads

Ditulis Oleh : Radja Resep Hari: 07.48 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar